Pages

Rabu, 05 September 2012

Interaksi Sosial


A.     Interaksi sosial
1.      Pengertian Interaksi sosial
Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik dan respon antarindividu, antarkelompok, atau antarindividu dan kelompok.
Interaksi sosial memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah :
a.      Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.
b.      Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
c.       Ada dimensi waktu ( masa lampau, masa kini, dan masa mendatang ).
d.      Ada tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.
2.      Syarat-syrat interaksi sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication).
a.      Kontak sosial
Kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku dan si penerima membalas aksi itu dengan reaksi. Pihak penerima tidak perlu mengerti dan memberikan tanggapan pada pihak pertama atau pihak pelaku. Apabila dilihat dari tingkat hubungannya, kontak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila orang yang mengadakan hubungan atau kontak langsung bertemu dan bertatap muka. Sedangkan kontak sekunder adalah kontak yang memerlukan suatu perantara atau media, baik orang maupun alat.
b.      Komunikasi
Komunikasi merupakan proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari perilaku pihak lain. Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik, maupun perasaan. Orang yang memberi pesan di sebut kominikator, isi berita yang di sampaikan disebut pesan, dan orang yang menerima pesan disebut komunikan. Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi positif dan komunikasi negatif. Komunikasi bersifat positif terjadi apabila tiap-tiap pihak saling memahami maksud dan tujuan pihak lain. Komunikasi bersifat negatif terjadi jika kedua belah pihak tidak saling memahami maksud dan tujuan masing-masing.
3.      Sifat interaksi sosial
Sebagai bentuk dasar relasi sosial, ada beberapa sifat dari interaksi sosial yang diuraikan sebagai berikut :
a.      Aksidental, tidak direncanakan.
b.      Berulang terus, tetapi tidak terencana.
c.       Teratur, tidak direncanakan, tetapi juga umum.
d.      Rancangan dan aturan oleh suatu kebiasaan atau peraturan tertentu.
e.      Resiprokal. Maksudnya, yaitu dalam interaksi sosial, hubungan timbal balik yang tercipta, pasti membutuhkan aksi dan reaksi.
f.        Pelakunya dua orang atau lebih.
4.      Faktor-faktor pendukung terjadinya interaksi sosial
Berlangsungnya suatu interaksi dapat didasarkan pada berbagai faktor sebagai berikut.
a.      Imitasi
Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain.
b.      Sugesti
Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berfikir panjang.
c.       Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain.
d.      Simpati
Simpati adalah proses kejiwaan seseorang yang merasa tertarik pada orang lain atau kelompok orang. Ketertarikan itu dapat disebabkan oleh sikap, penampilan, wibawa, dan tindakan.
e.      Empati
Empati adalah faktor pendukung interaksi sosial yang hampir sama dengan simpati, tetapi empati tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam.
f.        Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor pendukung yang hampir sama dengan sugesti, tetapi motivasi lebih bersifat positif dan rasional. Hal ini berbeda dengan sugesti yang lebih bersifat negatif karena mampu mendorong orang berperilaku atau bertindak irasional.
5.      Sumber informasi dalam interaksi sosial
Sumber-sumber informasi dalam interaksi sosial dapat diuraikan sebagai berikut.
a.      Warna kulit
Contoh, seseorang yang memiliki warna kulit putih atau lebih terang masih dianggap memiliki kedudukan lebih baik dari pada orang yang berkulit gelap.
b.      Usia
Contoh, di Indonesia, Seseorang yang berusia  tua lebih dihormati karena dianggap memiliki pengalaman lebih banyak.
c.       Jenis kelamin
Contoh, interaksi antara pria dengan pria tentu saja berbeda dengan interaksi antara wanita dan pria.
d.      Penampilan fisik
Contoh, orang pasti lebih senang berinteraksi dengan seseorang yang penampilan fisiknya rapi dan bersih daripada dengan orang yang berpenampilan acak-acakan.
e.      Bentuk tubuh
Contoh, orang yang berbadan gemuk biasanya memiliki watak tenang, santai, dan pemaaf. Orang yang berbentuk tinggi serta kurus biasanya tegang dan pemalu.
f.        Pakaian
Contoh, orang yang berpakaian rapi dan pantas lebih dirasa nyaman oleh orang lain sehingga orang lain akan memberikan kesan positif saat berinteraksi dengannya.
g.      Wacana
Contoh, ketika seseorang bercerita panjang lebar tentang dirinya sendiri nyaris tanpa henti, biasanya orang yang mendengar cerita tersebut akan langsung mempunyai kesan negatif dalam benaknya.
6.      Simbol dan aturan yang berkaitan dengan interaksi sosial
a.      Memaknai simbol dalam interaksi sosial
Contoh memaknai simbol dalam interaksi sosial adalah anggapan terhadap warna. Warna merah pada umumnya diartikan berani, komunis atau atheis, atau merujuk pada tempat pelacuran. Warna putih bisa berarti suci, berkabung (bagi etnis Tionghoa), atau menyerah. Adapun warna hijau diartikan sebagai religius atu keagamaan.
b.      Aturan yang berkaitan dengan interaksi
Dalam bukunya Symbols, Selves, and Society: Understanding Interaction, sosiolog kenamaan David A. Karp dan W.C. Yoels menyebutkan adanya tiga jenis aturan yang berkaitan dengan interaksi soial.
1.      Aturan ruang
Aturan penggunaan ruang dalam proses interaksi disebut proxemics. Dalam interaksi sosial, terdapat beberapa jarak yang digunsksn sebagai berikut.
a.      Jarak Intim
Berkisar antara 0-45 cm, kedekatan dengan tubuh orang lain disertai keterlibatan intensif dari panca indra, yaitu penglihatan, bau badan, suhu badan, suara, sentuhan kulit, dan embusan nafas. Contoh, gulat dan judo.
b.      Jarak Pribadi
Berkisar antara 45 cm-1,22 m. Interaksi pada tahap ini, cenderung dilakukan orang yang hubungannya dekat. Contoh, pasangan suami istri, sahabat, dan kekasih.
c.       Jarak Sosial
Berkisar antara 1,22 m-3,66 m, orang yang berinteraksi dapat berbicara dengan normal dan tidak saling menyentuh.
d.      Jarak publik
Dipelihara oleh orang yang harus tampil di depan umum, seperti politikus.
2.      Aturan waktu
Dalam melakukan interaksi sosial kita harus memperhatikan waktu. Tidak setiap orang bisa berinteraksi dengan orang lain tiap waktu. Misalnya, tidak menelepon orang lain pada jam tidur dan tidak mengajak orang lain yang sedang sibuk untuk sekedar mengobrol.
3.      Aturan gerak dan sikap tubuh
Dalam interaksi sosial, orang lain juga membaca gerak dan sikap tubuh. Studi sosiologis terhadap gerak tubuh dan komunikasi disebut kinesics.
c.       Goffman dan Prinsip Dramatugi
Dalam teori ini Goffman melihat kehidupan sosial seperti drama atau sebuah panggung sandiwara. Individu-individu hanyalah pelakon dalam pementasan. Dalam interaksi sosial, terdapat sesuatu yang disebut panggung depan dan panggung belakang. Di panggung depan, individu mengatur perkataan dan penampilannya sedemikian rupa untuk memberi kesan pada khalayak. Di panggung belakang, individu melepas penat. Ia bebas menjadi dirinya sendiri dan merenungi penampilan yang baru saja dipantaskan.
7.      Proses sosial akibat Interaksi Sosial
Gillin dan Gillin menyebutkan dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
a.      Proses Asosiatif
Proses Asosiatif adalah proses menuju terbentuknya persatuan dan integrasi sosial. Proses asosiatif mempunyai bentuk-bentuk sebagai berikut.
1.      Kerja Sama
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama belum ada pertentangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kerja sama sebagai berikut.
a.      Cara pandang anggota kelompok dengan kelompoknya dan kelompok lainnya.
b.      Kesamaan kepentingan kelompok tersebut.
c.       Musuh bersama yang berasal dari kelompok lain.
d.      Kebudayaan dan agama merupakan pendorong bagi terbentuknya suatu kerja sama dalam masyarakat.
Jika dilihat dari pelaksanaannya kerja sama memiliki beberapa bentuk sebagai berikut.
a.      Bergaining, yaitu perjanjian mengenai tawar menawar atau pertukaran barang dan jasa antarindividu atau antarkelompok.
b.      Cooptation, yaitu suatu proses penerimaan suatu unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari kekacauan.
c.       Coalition, yaitu kombinasi antardua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama
d.      Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu dengan perjanjian pembagian keuntungan menurut porsi yang disepakati.
2.      Akomodasi
Akomodasi memiliki dua makna, yaitu merujuk pada keadaan dan proses. Akomodasi yang merujuk pada keadaan menunjukkan adanya keseimbangan interaksi antarindividu atau antarkelompok yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai sebuah proses mengacu pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tercipta keseimbangan.
Tujuan dari akomodasi, yaitu :
a.      Menghasilkan sintesis atau titik temu antara dua atau beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru.
b.      Mencegah terjadinya pertentangan dalam waktu sementara.
c.       Mengadakan kerjasama antarkelompok sosial yang terpisah.
d.      Mengupayakan pelebuaran antarkelompok sosial yang terpisah.
Akomodasi memiliki berbagai bentuk sebagai berikut.
a.      Koersi, yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan fisik atau psikoogis.
b.      Kompromi, yaitu suatu bentuk akomodasi ketia pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian.
c.       Arbitrase, yaitu cara mencapai sebuah kompromi melalui pihak ketiga karena pihak-pihak yang bertikai tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Dan pihak ketiga berwenang mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah
d.      Mediasi, hampir mirip dengan arbitrase. Namun, disini pihak ketiga bersifat netral hanya sebatas penasihat yang tidak berwenang mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah.
e.      Konsiliasi, yaitu suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak yang bertikai untuk mencapai suatu kesepakatan.
f.        Toleransi, yaitu suatu bentuk akomodasi yang terjadinya tanpa persetujuan formal.
g.      Stalemate, yaitu terjadi ketika pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan seimbang sehingga pertikaian tersebut berhenti pada titik tertentu atau terjadi kemacetan yang mantap.
h.      Adjudikasi, yaitu suatu cara menyelesaikan masalah melalui pengadilan.
i.        Segresi, yaitu setiap pihak memisahkan diri dan saling menghindar dalam rangka mengurangi ketegangan.
j.        Eliminasi, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik dengan terpaksa.
k.       Subjugation atau domination, yaitu pihak yang memiliki kekuatan besar meminta pihak lain untuk menaatinya.
l.        Keputusan mayoritas, yaitu keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam musyawarah.
m.    Minority consent, yaitu golongan minoritas yang tidak merasa dikalahkan, tetapi dapat melakukan kegiatan bersama.
n.      Konversi, yaitu salah satu pihak yang bersedia mengalah dan mau menerima pendirian orang lain entuk menyelesaikan konflik.
o.      Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan dalam jangka waktu tertentu.
3.      Asimilasi
Asimilasi merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Akan tetapi pengertian ini menjadi berbeda jika dilihat dari segi kebudayaan. Asimilasi dimaksudkan sebagai proses bercampurnya unsur-unsur kebudayaan luar dengan kebudayaan lokal menjadi unsur kebudayaan baru yang berbeda. Berbagai syarat terjadinya asimilasi sebagai berikut.
a.      Adanya kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
b.      Perorangan sebagai anggota kelompok saling bergaul langsung dalam waktu yang lama.
c.       Sebagai akibat pergaulan tersebut, kebudayaan tiap-tiap kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri.
d.      Adanya toleransi dari tiap-tiap pihak yang terlibat.
e.      Dapat dilakukan melalui amalgamasi atau perkawinan campur.
4.      Akulturasi
Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang berbeda dan membentuk satu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan ciri kepribadian masing-masing.
b.      Proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai proses oposisionalyang berarti cara berjuang melawan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Proses disosiatif memiliki bentuk-bentuk sebagai berikut.
1.      Persaingan
Persaingan adalah suatu perjuangan dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Gillin dan Gillin , persaingan memiliki fungsi sebagai berikut.
a.      Sebagai penyalur keinginan-keinginan dari orang-perorangan atau kelompok-kelompok untuk mencapai prestasi.
b.      Sebagai media untuk mengadakan seleksi sosial.
c.       Sebagai jalan agar nilai dan sesuatu yang terbatas serta diperebutkan banyak orang dapat diperebutkan secara baik.
d.      Sebagai alat untuk menyaring warga dalam mengerjakan tugas-tugas sehingga terjadi pembagian tugas.
2.      Kontravensi
Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian terhadap diri seseorang, rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, serta kebencian dan keraguan terhadap kepribadian seseorang.
3.      Pertentangan atau Konflik
Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Menurut Soerjono Soekanto, sebab-sebab terjadinya pertikaian sebagai berikut.
a.      Perbedaan antara orang perorangan, biasanya berupa perbedaan pendirian, ideologi, dan kepentingan.
b.      Perbedaan kebudayaan.
c.       Bentrokan antarkepentingan.
d.      Perubahan sosial yang terjadi secara cepat sehingga menimbulkan guncangan-guncangan dalam kehidupan masyarakat, baik sistem nilai maupun strukturnya.
 

Blogger news

Blogroll

About